Awas Bahaya Nyeri Punggung

Nyeri punggung (low back pain/LBP) merupakan salah satu gejala penyakit saraf yang paling banyak diderita masyarakat. Tetapi masyarakat tidak memahami adanya gangguan saraf tersebut sehingga sering diabaikan.
Demikian dikatakan Prof dr Bob Santoso Wibowo SpS(K) dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Penyakit Saraf FKUI beberapa waktu lalu di Jakarta.
Bob yang membahas masalah Peranan Neurofisiologi Klinik dalam Aplikasi Diagnostik Kini dan Masa Datang itu menjelaskan, insiden penyakit nyeri punggung di Indonesia adalah 5% per tahun dan prevalensinya sekitar 60-90%.

''Diperkirakan 80% dari semua orang mengalami nyeri punggung, minimal sekali dalam hidup mereka. Point prevalence berkisar antara 15-39%,'' kata Bob.

Nyeri punggung, lanjutnya, merupakan satu di antara beberapa penyakit saraf perifer yang paling banyak ditemukan di masyarakat. Penyakit saraf lainnya yang banyak terjadi di masyarakat adalah SGB (Syndrome Gullian Barre). Penyakit itu paling banyak diderita masyarakat dewasa ini. Menurut Bob, insiden SGB di luar negeri antara 0,6-1,9 per 100.000 penduduk. Sedangkan di Jakarta mencapai 1-1,6 per 100.000 penduduk.

''SGB ini cukup tinggi apalagi di musim hujan,'' kata Bob.

SGB, lanjutnya, merupakan penyakit yang menyerang saraf tulang belakang. Bila tidak diobati secara baik dan maksimal, penyakit ini bisa menyerang ke otak dan seluruh tubuh. ''Pasien bisa meninggal dunia. Penyakit SGB menyebabkan kelumpuhan pada kaki dan tangan. Pasien hanya berbaring di tempat tidur. Biasanya pasien mengalami gangguan pernapasan.''

Penyakit saraf perifer lainnya adalah neuropati. ''Prevalensinya sekitar 3-7% dari populasi, di mana 43,7% dari angka tersebut adalah penderita diabetes. Penyakit saraf perifer banyak dijumpai di masyarakat. Kunjungan pasien penyakit ini di polisaraf RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun lalu mencapai 1.592 pasien.''

Tak kalah penting untuk diketahui adalah penyakit miastenia gravis (MG) yang menyerang paut saraf otot. ''Sekitar 12-16% di antara pasien MG akan mengalami kelumpuhan otot pernapasan atau krisis miastenia. Pasien hanya bisa membuka dan menutup kelopak mata saja.''

Insiden MG, kata Bob, 1-3 per 100.000 penduduk dalam setahun. Di Indonesia jumlah penderita MG kira-kira 2.000-6.000 orang. Sedangkan di Hong Kong MG umumnya menyerang usia produktif.

Lebih lanjut, Bob mengatakan penyebab penyakit saraf perifer cukup beragam. Bisa disebabkan osteoporosis, usia lanjut, virus dan lain sebagainya. Dan sampai sekarang para ahli masih terus melakukan penelitian.

Namun, penyakit saraf perifer ini sebetulnya bisa diatasi dengan cara mendeteksi secara dini kelainan pada saraf otak melalui metode brain mapping (pemetaan otak). ''Dokter akan memeriksa keadaan saraf-saraf otak pasien. Dari hasil rekam otak akan diperoleh hasil adanya kelainan di bagian-bagian tertentu.''

Selama ini RS masih menggunakan EEG (Electroensography) untuk mengetahui kondisi saraf otak. ''Namun sering kali dokter tidak bisa membaca hasil rekaman itu, sehingga tidak bisa ditegakkan diagnosa penyakitnya secara baik,'' tutur Bob.

Bob mengatakan Gangguan saraf pun bisa menyebabkan anak-anak mengalami autisme, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan epilepsi. Pada orang tua pun akan muncul penyakit demensia, atrofi otak dan sebagainya.

Saat ini telah ada beberapa pemeriksaan neurofisiologis yang menggunakan peralatan lebih canggih, misalnya, QEEG (Quantitative Electroensography) di mana hasil rekam otak muncul dengan warna-warna tertentu. Dokter yang tadinya tidak bisa membaca hasil rekam otak ini bisa tahu di mana letak kelainannya dengan melihat warna-warna di dalam hasil rekam itu,'' jelasnya. media-indonesia.com ~ JAKARTA (Media)

Baca juga yang ini....

Widget by autolovers | Kodokpinter