Dengan lembut wanita lemah itu meminta sang tamu untuk tidak duduk di kursi dengan kuat, agar batu yang ada di bawah kursi kayu itu tidak hancur berantakan. Plester tembok hampir semuanya terkelupas dan retak dengan lubang menganga di sana sini. Pintu tidak permenen, jendela-jendela tanpa kaca, atap rumah seakan mau rontok dan lantai pecah-pecah. Di dalamnya ada beberapa anak wanita belia dan seorang ibu sangat lemah, separuh jantungnya di bawah tanah dan separohnya lagi di kegelapan penjara (Israel). Keluarga ini hanya bisa menyambut tamunya di lantai di luar ruangan.
Begitulah sekilas kondisi rumah pahlawan kita ini setelah pihak penjajah zionis Israel menghancurkan rumah keluarganya dan menelantarkan para penghuninya. Begitulah sekilas nasib yang mendera orang-orang yang berdiri membela diri dan tanah mereka di hadapan alat-alat penghancur penjajah zionis Israel.
Seakan sudah terjadi interaksi adaptasi secara suka rela antara warga Palestina dengan kepedihan dan penderitaan. Seakan sakit dan penderitaan adalah bagian dari mereka dan mereka telah menjadi bagian dari sakit serta penderitaan itu sendiri.
Pahlawan kita ini memiliki nama lengkap Waled Muhammad Hijazi Abidu. Dilahirkan di kampung Syuaba di kota Hebron pada tanggal 26 Agustus 1983. Jenjang pendidikan hingga tingkat menengah atas dia lakoni di sekolah ar Rasyidin. Namun dia tidak bisa menuntaskan dan berhenti kelas dua sekolah menengah atas karena harus bekerja. Menurut ibunya, dia memang memiliki bakat di bidang ini, dia sangat tekun dalam bekerja meski saat itu dia bekerja sebagai sopir, disamping menggeluti bidang reparasi dan potong rambut juga bidang instalasi listrik mobil. Untuk profesi sebagai sopir, dia memiliki SIM B umum.
Menurut ibunya, Waled adalah anak yang memiliki keistimewaan di keluarganya, dia dicintai semua. Menurutnya, pahlawan kita ini orangnya selalu ceria sehingga tidak membuat bosan siapa saja yang duduk-duduk dan ngobrol dengannya. Dalam banyak kesempatan, dia selalu memunculkan humor-humor yang membuat orang lain tertawa. Hal itu sering dilakukan dihadapan ibunya kerena tidak ingin melihat sang ibu sedih atau marah.
Menurut sang ayah, Abu Nabiel, meskipun Waled orangnya religius dan senantiasa membaca Al-Qur'an namun dia selalu melakukan aktivitas kehidupan wajar-wajar saja, tidak pernah tinggal shalat, tidak ada yang aneh. Namun 6 bulan sebelum kesyahidannya, dia mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan dari serdadu penjajah zionis Israel. Saat itu dia bekerja sebagai sopir di pabrik susu. Begitu dia keluar dari jalan dekat pabrik, tiba-tiba saja dia dikejutkan oleh hadangan pasukan militer Israel. Mereka meminta Waled mengambil semacam kertas "ya nasib" yang diletakan di dalam kantong. Mereka berkata bahwa dia akan mendapatkan bagian (nasib) sesuai dengan apa yang tertulis di kertas yang diambilnya. Begitu mengambil dia mendapatkan kertas dengan tulisan "patah kepala". Untuk diketahui, praktek semacam ini sudah biasa dilakukan serdadu militer penjajah zionis Israel terhadap orang-orang Palestina sejak awal tahun 2003 terutama di perlintasan-perlintasan militer sehingga banyak diantara mereka yang di patahkan kakinya, tangannya dan kepalanya.
Kemudian para serdadu Israel mulai memukul kepala dan sekujur tubuh Waled dengan pukulan tidak ringan sampai dia kehilangan kesadaran. Para serdadu mengira dia sudah mati maka dibawanya ke dalam jeep militer dan dilempar ke bekas-bekas reruntuhan. Setelah itu para serdadu kembali ke tempat mereka. Sementara itu sebagian warga memperhatikan para serdadu Israel pergi melihat kondisi Waled dan mendapatinya dalam kondisi antara hidup dan mati. Kemudian mereka membawa Waled ke rumah sakit hingga harus menginap dalam waktu yang lama untuk menjalani perawatan sampai kembali sehat dan normal. Menurut Abu Nabiel, meski telah menjalani perawatan cukup lama, namun asy Syahid tetap dalam kondisi linglung dan mengalami gangguan syaraf. Setiap kali teringat apa yang dilakukan para serdadu zionis Israel dia langsung melompat bangkit dan lari meninggalkan rumah.
Setelah peristiwa tersebut ayahnya sering memperhatikan Waled suka duduk menyendiri kemudian memperpanjang waktu beribadah, shalat dan membaca Al-Qur'an. Setelah itu keluarganya dikejutkan dengan kabar bahwa dia meninggalkan kerja di pabrik susu dan menyerahkan kunci mobil kepada ayahnya seraya mengatakan bahwa dia sudah tidak berminat lagi bekerja dan akan belajar salon di tempat Alauddin Fakhuri.
"Kami berkeyakinan bahwa dia meninggalkan pekerjaan kerena kondisi kejiwaannya. Karenanya kami tinggalkan dia untuk memilih, terlebih dia itu orangnya sangat ahli terhadap bidang kerja apapun yang dia pelajari," tutur Abu Nabiel mengenang. "Kami merasa tenang-tenang saja kepadanya karena dia belum pernah menjadi buron pihak penjajah zionis Israel, belum pernah dibuang dan juga belum pernah ditangkap sebelumnya. Dia nampak biasa-biasa saja," imbuhnya.
Menurut ibunya, Ummu Nabiel, Waled memiliki hubungan yang amat erat dengan dua syahid al Qassam, yaitu Hamzah Qawasimi dan Thariq Abu Isneh. Keduanya berhasil masuk ke jeep permukiman dekat dengan permukiman Yahudi Kharshena di sebelah timur Hebron dan membunuh seorang Israel serta melukai dua orang lainnya. Begitu kuatnya hubungan Waled dengan kedua syahid ini, sampai-sampai orang mengira dia adalah kerabatnya.
Suatu ketika Waled mengkabari ibunya bahwa Hamzah Qawasimi dan Thariq Abu Isneh datang kepadanya sedang dia dalam tidur dan berkata, "Kenapa engkau terlambat wahai Waled, tempat dudukmu di sisi kami masih kosong."
Mimpi semacam ini berulang untuk kedua kalinya. Dan pada kesempatan yang ketiga kalinya datang seorang yang bejenggot panjang putih dan memakai pakaian putih berkata kepadanya, "Engkau sungguh telambat wahai Waled, ayo mari bersamaku," kemudian dia ambil tangan Waled dan jalan bersama.
Ketika mimpi ini diceritakan kepada ibunya dia berkata kepada Waled, "Janganlah engkau pergi ke jalan keduanya wahai anakku. Mungkin itu hanya sekadar mimpi karena engkau tidak menjalankan sebagian shalat wajib." Waled berkata, "Wahai ibu, sungguh saya tidak pernah meninggalkan yang wajib maupun yang sunah. Saya telah mengatakan dalam mimpi tersebut bahwa ibuku tidak suka aku pergi ke tempat kalian, namun dia mengambilku pergi bersamanya."
"Saya telah menasehatinya untuk menikah. Namun dia malah bersumpah dan bejanji kepadaku dia akan melakukan untukku apa yang lebih besar dari itu. Dia berjanji kepadaku akan memasukan aku ke dalam surga," ungkap Ummu Nabiel.
"Setelah kesyahidannya saya melihat dalam tidur seorang mempelai wanita yang sangat cantik datang kepadaku dan berkata: 'Saya adalah istri Waled, dia mengutusku kepadamu sampai engkau melihatku.' Kemudian dia menarikku membawanya ke samping istana besar dan berkata, 'Ini adalah rumah Waled. Lihatlah….' Dia menunjuk kepada dua bejana besar salah satunya penuh dengan buah-buahan menyerupai jus dan yang lain berisi buah-buahan menyerupai cemara namun ukuranya besar kemudian dia berkata, 'Jangan engkau siapkan buat kami makanan, kami memiliki banyak seperti ini dan apabila engkau bersabar maka akan mendapatkan seperti ini dan besok Waled akan datang kepadamu.' Dan pada malam berikutnya Waled datang kepadaku dalam mimpi dan berkata kepadaku, 'Wahai ibu, apakah engkau telah melihat mempelai wanitaku. Aku telah mengutusnya kepadamu agar engkau dapat menyaksikannya,' kemudian kukatakan kepadanya, 'Dia sebaik-baik mempelai." Demikian ibunda Waled menceritakan mimpinya.
Mengenai saat-saat terakhir bersamanya, ibunda Waled mengatakan bahwa pada hari Jum'at, dua hari sebelum kesyahidannya, Waled mengundangnya dan berkata kepada ibunya bahwa dia ingin ibunya makan bersama-sama dengan saudaranya yang lain. Ibunya menjawab bahwa dia tidak ada minat untuk itu, maka Waled mengundang saudara-saudaranya dan menyiapkan makan untuk mereka dan bermalam bersama mereka. Kemudian Waled pergi tidur di samping ibunya. Paginya Ummu Nabiel menyiapkan kopi kemudian pergi duduk di depan rumah meminum kopi. Ketika bangun dari tidur, Waled langsung keluar menemui ibunya dan bertanya dengan nada canda, kemana engkau wahai ibu? Adakah di dunia ini orang yang meninggalkan tamunya dan keluar dari rumah? Waled juga bertanya kepada ibunya tidak seperti biasanya, apa yang akan dimasak ibunya hari ini? Kemudian ibunya menjawab bahwa dia akan memasak daun anggur. Diapun berkata akan makan siang di rumah itu.
Ketika dzuhur dia datang ke rumah dan berdiri di pintu seraya bertaka, Allah… alangkah enak bau makanan yang engkau masak wahai ibuku. Kemudian dia berwudhu' dan masuk kamarnya shalat kemudian membaca Al-Qur'an tidak kurang sejam lamanya. Kemudian ibunya datang dan memintanya makan siang sebagai mana yang telah dijanjikan. Dia pun makan siang dan berkata kepada ibunya, wahai ibu apa yang dilakukan sebuah keluarga apabila anak-anak mereka mati syahid?? Lantas ibunya berkata, apa yang terjadi padamu hari ini wahai anakku? Dia menjawab, saya ingin pergi dalam perjalanan bersama sahabat saya Ala' Fakhuri. Kemudian ibunya kerkata bahwa dia sudah banyak melakukan perjalanan untuk itu dia meminta Waled untuk menangguhkannya agar dia bisa keluar bersama anaknya hari itu. Namun Waled berkata bahwa dia telah bersepakat dengan Ala' dan masalahnya sudah selesai. Kemudian ibunya bertanya apakah dia membawa uang yang cukup. Waled menjawab bahwa dia membawa 50 Shekal dan akan hutang dulu kepada Ala' bila dibutuhkan.
Sejak hari itu, malamnya Waled sudah tidak datang ke rumah. Sebagian tetangga memberi kabar kepada keluarganya bahwa serdadu-serdadu penjajah zionis Israel melakukan operasi pembunuhan terhadap sejumlah pemuda kampung Sya'aba. "Dan kami berkeyakinan bahwa Waled bersama mereka," ungkap Ummu Nabiel, ibunda Waled. Pada hari kedua, di pagi hari, Abu Nabiel pergi ke titik militer Israel dan bertanya tentang Waled sekiranya dia ada bersama para tawanan atau tidak. Salah seorang serdadu zionis Israel berkata kepadanya bahwa bila pasukan militer Israel mengambilnya pasti dia akan kembali ke rumah. Kemudian serdadu itu meminta Abu Nabiel meninggalkan daerah tersebut.
"Ketika Waled tak kunjung kembali, kami pun semakin cemas. Saat itu saya berada di rumah salah seorang kerabat. Datang seorang wartawan dan memberi kabar kepada saya bahwa pasukan zionis Israel melakukan pemeriksaan di rumah-rumah. Wartawan ini memberi nasehat agar saya kembali ke rumah. Dan saat saya kembali saya perhatikan pasukan zionis Israel berdiri di depat rumah kami. Mereka memerintah saya untuk angkat tangan dan aku lakukan perintahnya. Kemudian mereka memeriksa saya dan memborgol tangan saya. Mereka berkata kepada saya, hitung anak-anakmu. Maka saya hitung mereka dan ketika sampai kepada nama Waled mereka berkata kepada saya di mana dia? Saya jawab dia pergi dalam perjalan bersama sahabatnya Ala' Fakhuri. Salah seorang serdadu berkata, dia telah mati, Aku telah membunuhnya, Maka saya katakan kepadanya, jika engkau telah membunuhnya maka dia mati syahid di sisi Allah. Dia berkata, apakah dia berkata kepadamu demikian? Saya jawab, Al-Qur'an yang berkata demikian!!" Demikian tutur Abu Nabiel ayah Waled kepada serdadu zionis Israel mantap.
Kemudian mereka manahan saya dan sebagaian besar anggota keluarga saya di pusat pos pemberhentian di kantor koordinasi di Hebron. Pada hari berikutnya kami dipindahkan ke pusat pemberhentian di Itshon. Di sana kami harus menjalani interogasi dan pemukulan serta hinaan, ungkap Abu Nabiel menambahkan.
Kisah kesyahidan Waled bermula pada tanggal 8 Juni 2003. Hari itu pukul 20:00 radio zionis Israel mengumumkan dua orang pelaku syahid Palestina menyerang tempat pertemuan pasukan zionis Israel dekat dengan al Haram al Ibrahimi. Keduanya melancarkan serangan ke arah serdadu-serdadu zionis Israel hingga melukai sejumlah serdadu. Salah seorang penyerang gugur dan yang satunya lagi berhasil meloloskan diri dari lokasi.
Berdasarkan penuturan para saksi mata, pasukan militer penjajah zionis Israel ketika menyaksikan serangan dua pejuang Palestina Ala' Fakhuri dan Waled Abidu, mereka lari tunggang langgang meninggalkan lokasi dan meminta bantuan. Maka datanglah pasukan tambahan dalam jumlah besar ke lokasi dengan didukung pesawat tempur Apache. Selanjutnya mereka mengepung Ala' Fakhuri yang kemudian syahid saat itu juga di lokasi pertempuran. Sementara Waled Abidu berhasil meloloskan diri ke bangunan milik keluarga Iskafi dan terjadilah pertempuran di sana yang berlangsung hingga beberap jam. Waled kemudian menemui syahid setelah pasukan zionis Israel menghancurkan rumah di mana pahlawan kita ini berada.
Kemudian, enam bulan setelah kesyahidan Waled pasukan penjajah zionis Israel datang menghacurkan rumah keluarganya yang terdiri dari dua tingkat dengan luas mencapai 288 meter persegi. Rumah ini behasil dilumatkan beserta apa saja yang ada di dalamnya. (seto)
NIKMATNYA SEDEQAH 1
NIKMATNYA SEDEQAH 2
NIKMAT NYA SEDEQAH 3
NIKMATNYA SEDEQAH 4
NIKMATNYA SEDEQAH 5
Yusuf Manshur
Waled Abidu -Enam Bulan Setelah Dia Syahid, Zionis Israel Lumatkan Rumah Keluarganya
5 Aug 2009
by
admin
·
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
KCB 2
Bukan Superstar
anda pengunjung ke
Archives
!-end>!-local>
Followers
!-end>!-local>
0 comments:
Post a Comment